Pada suatu hari Rasulullah mengadakan perjalanan bersama dua orang sahabat. Ditengah perjalanan yang begitu jauh dan panas, mereka merasa kehausan. Sehingga mereka berjumpa dengan seorang wanita yang menggembala kambing. Pada kesempatan itu Rasulullah dan sahabatnya mencoba meminta susu kepada wanita tua tersebut untuk megobati rasa dahaga yang mereka rasakan. Wanita tua itu mengatakan, "Susu apa yang bisa saya berikan kepada tuan-tuan pada saat ini. Lihatlah, bagaimana kondisi kambing yang saya gembala ini, semuanya kurus-kurus, sehingga kalau pun diperas susunya tidak akan keluar".Rasulullah berkata : "Perkenankanlah kami untuk memerah susu kambing tersebut." Wanita itu pun memperkenankannya.
Rasulullah pun memerah susu kambing, berkat mukjizat Rasulullah, keluarlah susu dari kambing-kambing yang kurus yang selama ini tidakm bisa menghasilkan susu. Kemudian Rasulullah menyuguhkan susu tersebut kepada wanita tua pemilik kambing, kemudian beliau suguhkan pula kepada dua sahabatnya. Setelah itu, barulah Baginda Rasulullah saw meminum susu tersebut. Kedua sahabat Rasulullah heran, kenapa Rasulullah tidak meminum susu untuk dirinya terlebih dahulu. Karena penasaran sahabat bertanya, Ya rasulullah, kenapa anda tidak minum susu itu lebih dahulu, anda lebih mengutamakan kami bertiga?. Padahal anda adalah orang mulia. Rasulullah pun bersabda, "Sayyidul qoum khodimuhum" (Pemimpin suatu kaum / bangsa adalah pelayan bagi kaum / bangsa itu).
Dari sepotong sabda Rasulullah saw tersebut dapat kita fahami bagaimana type kepemimpinan yang ideal yang diajarkan oleh Rasulullah melalui teladan yang beliau contohkan. Dan sekaligus kita fahami, apa yang diucapkan oleh Rasulullah itu, sangat berbanding terbalik dengan kondisi para kebanyakan pemimpin pada saat sekarang. Para pemimpin saat ini betul betul sudah menjadi "raja". Bukan melayani rakyat malah minta dilayani rakyat. Minta difasilitasi oleh rakyat. Tak peduli apakah rakyat dalam himpitan kesulitan atau tidak. Mereka (para pemimpin) beranggapan bahwa kekuasaan merupakan fasilitas, bukan tanggung jawab. Dan ini bukanlah isapan jempol belaka. Kita dapat melihat sendiri bagaimana sikap para pemimpin ketika memperoleh jabatan itu mereka langsung melakukan sujud syukur. Seolah -olah jabatan adalah karunia yang sangat patut untuk disyukuri, karena jabatan akan bisa merubah kondisi hidup (ekonomi, status sosial, prestise) menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tidak terpikir didalam benak dan hati mereka, bahwa selama kepemimpinan mereka kedepan begitu banyak tanggung jawab yang harus dipikul, tugas yang diemban dan berbagai macam problema masyarakat yang harus diselesaikan.
0 komentar:
Posting Komentar