25 November 2009

Dicari, Guru dengan Hati Nurani

Dicari, Guru dengan Hati
Rabu, 25 Nopember 2009 | 13:03 WIB

Surabaya - Hari ini, para guru merayakan Hari Guru Nasional (HGN) dan HUT ke-64 Persatuan Guru Republik Indonesia. Meski sudah ada upaya perbaikan terhadap profesi guru, sepertinya pekerjaan rumah memerbaiki nasib guru masih panjang.


Wakil Ketua Pengurus PGRI Jatim, Joko Hadi, mengakui pemerintah memang telah mengupayakan peningkatan kualitas guru. “Guru ke depan harus bermartabat dan berkualitas,” ujar Joko, Rabu (25/11) siang tadi.

Dicari, Guru dengan Hati



“Berkualitas bukan hanya otaknya, tapi juga hatinya. Utamanya bagaimana menumbuhkan cita rasa kemajemukan di hati para guru,” tambah Joko tentang peringatan HGN dan HUT ke-64 PGRI.


Menurut dia, upaya yang dilakukan pemerintah kepada profesi guru pada saat ini dinilainya sudah cukup. Namun, ia berharap agar usaha pemerintah tidak sekadar menciptakan Undang-undang No 14/2005 tentang Guru dan Dosen, melainkan juga dengan lebih memperhatikan kesejahteraan guru. “Tidak ada ceritanya negara jatuh miskin hanya karena meningkatkan kesejahteraan guru,” ujar Joko.


Setali tiga uang, praktisi pendidikan Erlina Nasution juga sepakat, upaya meningkatkan kualitas guru masih panjang. Menurutnya sekarang masih banyak guru yang tidak paham betul profesinya. “Jadi guru itu terpaksa atau pilihan. Kalau memang pilihan kan seharusnya bisa jadi hobi. Bukan sekadar mata pencaharian,” ujar alumnus ITS yang juga berprofesi sebagai guru ini.


Menurut Erlina, kalau suatu pekerjaan sudah menjadi hobi, segala sesuatunya bisa ringan dikerjakan. “Kalau sudah hobi, apa pun pasti di-belani (dilakukan). Hobi kan gak ngitung duit,” ujarnya.


Meski mengakui, upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru sudah dilakukan, namun tetap saja ada yang masih perlu perbaikan. Dicontohkan, gap antar guru yang bisa ikut sertifikasi dan mereka yang belum bisa sertifikasi. “Di Sidoarjo, guru yang bisa ikut sertifikasi adalah mereka yang sudah punya pengalaman mengajar selama 20 tahun. Berbeda dengan di Surabaya yang hanya menetapkan masa mengajar 5 tahun,” ujar Erlina.


Pengamat Pendidikan dari ITS, Daniel M.Rosyid juga mengungkapkan hal yang sama. “Mutu guru juga sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan dan pelatihan guru itu sendiri,” ujar Daniel yang saat dihubungi sedang berada di Inggris.


Kata Daniel, terkait ini ia meminta agar IKIP yang dulu pernah ada dan sekarang telah berubah statusnya sebagai universitas, dikembalikan peran dan fungsinya seperti dulu.


Ia juga meminta sertifikasi tidak dilakukan oleh pemerintah seperti sekarang ini. “Sebaiknya sertifikasi dilakukan oleh asosiasi profesi guru. Masyarakat guru harus membangun asosiasi guru yang kuat dan terpercaya serta berwibawa seperti Ikatan Dokter Indonesia dan asosiasi sejenis lainnya,” ujar Daniel.


Menteri Pendidikan M Nuh juga mengakui, upaya peningkatan kualitas guru merupakan pekerjaan rumah yang tidak bisa langsung seluruhnya diselesaikan. “Kesejahteran guru memang sudah menjadi salah satu perhatian pemerintah dengan salah satunya mengikutsertakan guru dalam proses sertifikasi. Namun dalam menyelesaikan pekerjaan ini tentu gak iso sak dhek sak nyet,” ujarnya. faz



sumber:Surabaya Post


Anda Ingin Tahu Berita Seputar Batu Bara?

Klik Disini

Sejarah (manaqib)
KH.Siradjuddin Abbas


0 komentar:

Posting Komentar

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template